Young On Top Muncul dari Kemuakkan Billy Boen


Young On Top Billy Boen @tuanyuda
@tuanyuda - Pernah dengar Young on Top. Kalau iya ini sedikit cerita soal pendirinya si Billy Boen. Pada mulanya, Young on Top adalah buku karya Billy yang terbit April 2009. Secara umum, buku ini ditujukan kepada anak-anak muda untuk bisa meraih kesuksesan terutama di dalam pekerjaannya atau di dunia bisnis. Seiring waktu, YOT kemudian berkembang menjadi sebuah rangkaian seperti YOT campus roadshow serta meluas ke program radio nasional dan bentuk gerakan berbagi. 


Menurut si Billy ada gap antara sistem pendidikan di Indonesia dengan dunia kerja mendasari kenapa ia gerah dan kemudian menuangkannya dalam YOT. Baginya sistem pendidikan di Tanah Air kebanyakan masih mengedepankan teori semata, bukannya praktikal serta pengembangan soft skill yang nyata-nyata sangat dibutuhkan dalam dunia kerja. 

“Saya punya mimpi kalau besok saya meninggal, gerakan Young on Top jalan terus. Untuk apa?  Saya berharap bisa berbagi value yang baik, sehingga pada akhirnya gerakan ini bisa berarti bagi Indonesia. Semua harus ada benang merahnya untuk berbagi,” ujarnya. 

"Saya sudah muak melihat negara ini yang anak mudanya tidak tahu arti sukses. Mereka selalu melihat sukses itu kaya raya tajir melintir. Padahal mana ada yang sukses instan. Yang terpenting bukan seberapa cepat kita bisa sukses tapi yang penting sustainable. Bisa terus sukses berkelanjutan. Sehingga SDM sekarang karena tidak punya panutan jadi tidak tahu sebenarnya apa sih arti sukses, bagaimana mencapai sebuah kesuksesan yang sustainable. Tanpa adanya role model. Kalau mau sukses jadi orang yang punya attitude yang baik. That’s number one. Bukan jamannya lagi orang pintar sukses. Gue mending jadi orang yang nggak pintar tapi punya attitude yang baik ke semua orang,” ujar Billy.


Gimana sendiri dengan karier Billy? Ditarik mundur, mula karier Billy start pada usia 22 tahun seusai lulus dari pendidikannya di Amerika Serikat (S1 di Utah State University dan S2 di State University of West Georgia).  Kala itu, Billy bergabung dengan PT Berca Sportindo, distributor tunggal Nike di Indonesia. Posisi awalnya sebagai Asisten Manajer Lini Produk Divisi Footwear. Setahun kemudian, ia naik pangkat menjadi manajer di divisi yang sama. Setengah tahun berikutnya, ia dipromosikan menjadi manajer (yang lebih senior) untuk semua divisi: footwear, apparel, aksesori, dan perlengkapan. Setahun berselang, ia menempati pos Manajer Penjualan & Pemasaran Nike (korporat).

Tahun 2005, Billy keluar dari Nike dan bergabung dengan Oakley Indonesia  dengan posisi sebagai General Manajer (GM). Tiga tahun berikutnya, Billy digaet Grup MRA (Mugi Rekso Abadi) untuk mengisi Kadiv. F&B. saat itu, Billy membawahi tiga entitas bisnis milik Grup MRA, yakni Hard Rock Cafe Jakarta, Hard Rock Cafe Bali, dan Haagen-Dazs.  

Bersama Rudhy Buntaram, pemilik Optik Seis, Billy mendirikan Jakarta International Management (JIM) pada Desember 2006 dan Jakarta International Consulting (JIC) pada Desember 2009. JIM bertujuan melayani semua kebutuhan di industri fashion. JIM sendiri memiliki beberapa divisi, yakni: agensi model (JIM Models), manajemen artis (JIM Artists), fashion event organizer (JIM Events), fotografi (JIM Photography), fashion consulting (JIM-DARE Fashion), dan JIM-F performing academy (bekerja sama dengan FashionTV Indonesia). sementara, JIC merupakan konsultan di bidang pemasaran, khususnya pengembangan merek. Dalam menjalankan usahanya, JIC bekerja sama dan bermitra dengan dengan perusahaan lain. (@tuanyuda)