Amelia Arus Liar bicara bisnis arung jeram Indonesia |
Kemudian akhirnya saya terpanggil lagi ketika suami saya ngajak bareng untuk mengelola usaha seperti ini. Ada unsur spekulasi karena kami tidak tahu masa depan perusahaan ini jadi kami ambil risiko itu. Saya merasa yakin karena intuisi saja. Saya lihat diluar negeri bisa kenapa kita tidak,” kata Yuni.
Jerih payah Yuni membesarkan
arung jeram di Indonesia lewat Arus Liar saat itu bukan perkara mudah.
Keterbatasan kompetensi sumber daya manusia yang mumpuni untuk mengelola bisnis
arung jeram menjadi tantangan yang dihadapinya.
Bos Arus Liar bicara bisnis arung jeram Indonesia |
Pada awal perjalanannya, Yuni
sempat mendapat nasehat dari teman-teman agar berkarier sesuai dengan latar
pendidikannya. “Waktu itu teman pada
menasehati tapi bagi saya mengecilkan. Buat apa sekolah capek-capek kalau cuma
mau jadi tukang dayung. Tapi itu justru kata-kata itu memotivasi saya, nanti
loh gue tunjukin bukan hanya gue bisa hidup dari situ tapi juga bisa ngidupin
orang dari situ. Saya ingin menunjukkan bahwa arung jeram ini juga bisa
menghidupi orang banyak. Dan sekarang sebagian mimpi itu sudah terbukti,”
kenangnya sambil tersenyum.
Dengan semangat dan keyakinan
yang tinggi, jerih payah Yuni membuahkan hasil. Nama Arus Liar terus meninggi
dan kian menancapkan keberadaannya. Selain Arus Liar, Regulo Lintas Nusantara
juga menjadi salah satu bagiannya. Tak hanya itu multiplier efek pun terjadi
dimana pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar sungai yang menjadi garapannya
menjadi hidup.
Perempuan yang hobi menari ini
mengungkapkan naik turun bisnis arung jeram sangat rentan terhadap kecelakaan.
Yuni mengaku sempat cemas bisnis arung jeram terkena imbas krisis moneter tahun
1998. Akan tetapi hal itu tak terbukti. Penurunan justru terjadi ketika terjadi
kecelakaan arung jeram pada 2003 yang dikelola operator lain. Efek tersebut
bertahan hingga setahun, hingga berimbas pada tutupnya beberapa operator arung
jeram.
“Pertumbuhan arung jeram di
Indonesia yang berdiri saat ini cukup signifikan dibandingkan dulu tahun
1990-an hanya dua perusahaan di Bali yang dimiliki orang asing. Sekarang hampir
semua provinsi hampir punya operator arung jeram. Jawa Barat kedua paling
banyak setelah Bali. Di Bali satu sungai ada yang sampai 27 operator. Jadi di jumlah
operator dan pemandu cukup besar, makanya perlu standarisasi untuk usaha dan
pemandunya. Angka operator sekitar 70-an seluruh Indonesia.”
Adapun di bisnis arung jeram,
perihal perijinan sungai disesuaikan dengan aturan otonomi daerah setempat.
Yuni mencontohkan jika di Jawa Timur dibatasi satu rute hanya boleh untuk dua
perusahaan, di Jawa Barat tidak ada pembatasan seperti itu. “Itu seperti runway
pesawat di bandara saja. Kita juga ada kode etik di Sungai seperti river
running sistem, tidak mungkin perahu menumpuk di satu jeram mesti berganti
karena itu salah satu safety prosedurnya begitu.”
Guna menjaga agar arung jeram
tidak menjadi industri yang liar, Yuni lewat Federasi Arung Jeram Indonesia
(FAJI) gencar memperjuangkan agar pemerintah mengesahkan standarisasi yang
mengatur prosedur keamanan, standar usaha, hingga standar pemandunya. Terkait
perihal prestasi dan organisasi di arung jeram, nama Yuni tak perlu
dipertanyakan. Pada periode 1996-2000, ia pernah tercatat menjadi Ketua Umum
FAJI. Selepas itu hingga kini, dirinya menjabat sebagai Wakil Ketua Harian
FAJI.
Di tingkat internasional, Yuni pernah
menjabat sebagai Chief Judges International Rafting Federation (IRT), yang tak
lain merupakan posisi sangat bergengsi. Sebagian perannya di IRT adalah turut
menentukan aturan pertandingan arung jeram skala dunia. Selain itu, Yuni juga
aktif memfasilitasi atlet-atlet nasional untuk menggelar kejuaraan nasional dan
kejuaraan internasional.
Ke depan, pendiri Global Rescue
Network ini berharap pemerintah lebih memaksimalkan peran dalam mengangkat
keunggulan potensi wisata di Tanah Air. “Harapan ingin pejabat ngeh yang
ditawarkan Indonesia banyak. Indonesia
keunggulan wisatanya ada di wisata alam. Orangnya lebih di edukasi ditempat
yang ada potensinya. Sehingga bisa menjadi sumber devisa bagi semuanya.
Pemerintah harus punya konsep yang jelas fasilitas dan aksesabilitas.” (@tuanyuda)